Difi A Johansyah, Kepala Biro Humas Bank Indonesia (BI) mengatakan, meningkatnya harga tanah di Jakarta akibat dari permintaan properti yang ikut meningkat sedangkan lahan yang ada kurang memadai.
Menurutnya, properti di Jakarta saat ini seperti gedung untuk perkantoran atau apartemen itu over demand.
"Jadi potensi bubble seperti di Amerika, masih sangat kecil jika terjadi di Indonesia," ujarnya di Gedung BI, Jakarta kemarin.
Diffi menjelaskan, ada juga yang bernama properti komersial dimana jenis demikian seperti beberapa unit yang dibangun, seperti halnya yang di Pancoran.
"Bukan bubble tapi investasinya tinggi," ungkapnya.
Adapun beberapa faktor yang dapat menjadi patokan bubble harga properti lanjutnya, diantaranya ekspansi kredit perbankan, investasi di sektor properti meningkat, peningkatan harga properti, peningkatan kekayaan dan peningkatan konsumsi, dan ekspektasi terhadap harga properti.
"Mengenai potensi bubble harga properti jika harga aset mengalami koreksi, nilai agunan kredit dari Rumah Tangga menurun. Kemudian memperburuk kinerja keuangan bank/lembaga keuangan," tambah Difi.
Post a Comment