Home » , » Indikasi buble property

Indikasi buble property

Written By Unknown on Sunday, June 2, 2013 | 11:48 PM


 Indikasi "bubble" properti harusnya disikapi dengan hati-hati. Selama laju pertumbuhan sektor properti dan stabilitas ekonomi di angka 6 persen mampu dipertahankan pada tingkat positif, maka kondisi akan aman. Sehingga para pemain sektor properti terkait seperti pengembang dan perbankan dapat melakukan percepatan pencapaian target mereka.


Meski sektor properti tumbuh pesat, namun kami tetap hati-hati. Tidak terlalu agresif tapi tetap mengejar pertumbuhan. Untuk itu, kami berlaku selektif kepada masyarakat atau pengembang yang memiliki reputasi bagus.
-- Tony Tardjo

Salah satunya CIMB Niaga. Mereka berharap target KPR tersalurkan dapat tercapai. Hingga kuartal I 2013 berakhir, CIMB Niaga sudah mengelola KPR sebesar Rp 21, 52 triliun. Sementara total kelolaan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 20,58 triliun. Porsi KPR sendiri sebanyak 40 persen dari total kredit konsumsi sebesar Rp 45 triliun. Tumbuh 20 hingga 25 persen dibanding tahun lalu.

Menurut Head of Consummer Lending CIMB Niagar, Tony Tardjo, pertumbuhan KPR awal tahun memang cenderung melambat sehingga pertambahan baru beberapa triliun dari periode yang sama. Namun, kondisi itu akan berubah saat kuartal dua dan tiga.

"Meski sektor properti tumbuh pesat, namun kami tetap hati-hati. Tidak terlalu agresif tapi tetap mengejar pertumbuhan. Untuk itu, kami berlaku selektif dengan mengucurkan KPR kepada masyarakat atau pengembang yang memiliki reputasi bagus," ujar Tony kepada Kompas.com, di Jakarta, Rabu (29/5/2013).

Seleksi terhadap nasabah ataupun pengembang, lanjut Tony, merupakan upaya efektif untuk menekan kinerja negatif pinjaman (non performing loan). Selain itu juga kualitas portofolio properti yang akan dibiayai merupakan salah satu faktor yang selama ini harus dipertimbangkan.

Sektor properti masih aman jika beberapa indikator masih dapat dipertahankan. "Pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, dan suku bunga harus dijaga. Pemberlakuan aturan loan to value juga merupakan aksi pencegahan secara dini agar "bubble" tida pecah. Selama permintaan ada, saya belum khawatir," imbuh Tony.


Ubah Strategi

Selain perbankan yang menerapkan prinsip kehati-hatian. Pengembang pun melakukan hal yang sama. Relife Property Group memilih untuk melakukan ekspansi yang aman. Dalam arti tidak terlalu agresif, namun tetap menambah portofolio dan kualitasnya setiap tahun.

Dikatakan CEO Relife Property Group, Gofar Rozaq Nazila, pesatnya laju pertumbuhan properti justru harus disikapi dengan perubahan internal. Pihaknya menjadikan gegap gempita kondisi aktual berikut kekhawatiran "bubble" sebagai momentum merapikan pendapatan penjualan.

"Target pendapatan kuartal I 2013 tercapai, hampir Rp 100 miliar dari 5 proyek. Rentang harga sekitar Rp 300 juta-1 miliar per unit," ungkap Gofar seraya menambahkan Relife Property Group saat ini lebih menyasar segmen menengah atas. Pasalnya, kelas inilah yang memiliki kemampuan beli dan daya tahan paling kuat. Sehingga memicu mereka bermain di perumahan bertipe 50 hingga 90 meter persegi seharga Rp 600 juta-Rp 1 miliar.

untuk itu, cepatlah menjadi ahli di bidang property dengan mengikuti pelatihan di http://propertybusinessacademy.com/
Share this article :

Post a Comment

 
Support : Blog Unik | Website PBA | Property bussiness academy
Copyright © 2011. Training Property - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger